Senin, 21 November 2011

MOTIVASI

MOTIVASI

Motivasi boleh didefinisikan dalam beberapa cara. Secara umum ia didefinisikan sebagai kuasa yang menggerak dan membentuk sesuatu perilaku atau tabiat. Dengan kata lain, motivasi adalah suatu tenaga dalaman yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai sesuatu. Ia adalah keadaan yang bersifat sementara atau berubah-ubah dalam diri seseorang dan tidak bergantung kepada keperibadian orang tersebut. Ada pelbagai jenis motivasi seperti motivasi pencapaian, motivasi sekutu, motivasi kompetensi, motivasi kuasa, dan motivasi sikap.

Motivasi bergantung kepada tiga aspek utama termasuk rangsangan perilaku, arah perilaku dan kegigihan perilaku. Rangsangan perilaku melibatkan apa menyebabkan rangsangan untuk bertindak dan arah perilaku berkaitan dengan apa yang mengarahkan kelakuan ke arah tujuan tertentu. Kegigihan perilaku adalah berkaitan dengan bagaimana kelakuan atau tabiat yang berterusan.

Berbagai kajian telah dijalankan untuk memahami motif-motif yang mendorong seseorang untuk berjaya. Ia boleh dibahagikan kepada tiga:

Motif homeostatik – seperti lapar, berpeluh dan buang air.
Motif non-homeostatik – seperti mencari tempat berteduh.
Motif sosial – seperti prestasi diri, kuasa, pengiktirafan, dan perhubungan sosial.

Motivasi adalah penting untuk berjaya dalam setiap usaha yang anda lakukan. Ia boleh jadi motivasi positif atau motivasi negatif, motivasi halus atau terang-terangan, motivasi nyata atau tidak nyata. Motivasi sangat diperlukan di tempat kerja kerana ia memainkan peranan utama dalam memastikan prestasi pekerja. Di dalam dunia pekerjaan, pengurus memainkan peranan penting dalam meningkatkan motivasi pekerja. Mereka menggunakan berbagai teknik motivasi yang berbeza untuk meningkatkan prestasi, sehingga mampu meningkatkan kerjasama antara pekerja dan majikan.

Sumber Artikel: http://EzineArticles.com/410696

Dalam A.M. Sardiman (2005:75) motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.

Menurut Siti Sumarni (2005), Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya.

Motivasi adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Masih dalam artikel Siti Sumarni (2005), motivasi secara harafiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secarapsikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya. (KBBI, 2001:756).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

Hirarki Kebutuhan Maslow

| 0 comments ]

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZfyS_YN4e059DAgdbS709PPPdxctUMArs273GlJKyIHVvrnEGWv_SAgzbuE5YHLVk8mstOAJdHfdaXmjgOPv4B7cLMpzD9QariPxq4R2ZiQ23eRoIGlZGWMlehPVsOP7Jw0F5WCEMKEY/s320/Maslow.jpgAktifitas apa saja yang telah Anda jalankan sampai detik ini? Tentunya banyak sekali, dari saat Anda bangun tidur, lalu Anda mengambil air wudhu kemudian menjalankan salat Subuh (bagi yang Islam). Dan muungkin Anda meluangkan sedikit waktu untuk merapikan kamar sebelum mandi dan sarapan, kemudian Anda berangkat menjalankan aktifitas luar rumah, entah itu di sekolah, kampus, tempat kerja dan seterusnya.

Tentunya sering terfikirkan di benak Anda semua, buat apa Anda menjalankan semua rutunitas tersebut? Buat apa seorang mahasiswa seorang mahasiswa begadang malam menyelesaikan sekripsinya, buat apa guru mengajar murid-muridnya, buat apa seorang manager bekerja di kantornya, dan lain sebagainya, termasuk buat apa saya dan sobat-sobat weblogger lain mau repot-repot membuat dan mengisi halaman blognya? Benarkah hanya untuk mencari penghasilan material? Kepuasan batin? Memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang tiada pernah terpuaskan? Ataukan sebuah kewajiban ibadah yang harus dilaksanakan sebagai mahluk Tuhan?
Abraham Maslow (1908-1970) adalah seorang psikolog besar yang mencoba menemukan dan menawarkan jawaban sistematis atas pertanyaan tersebut melalui teorinya yang tersohor, yakni teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, setiap individu memiliki kebutuhan-kebutuhan yang tersusun secara hirarki dari tingkat yang paling mendasar sampai pada tingkat yang paling tinggi. Setiap kali kebutuhan pada tingkatan paling bawah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi. Pada tingkatan paling bawah, dicantumkan berbagai kebutuhan fisiologis (physiological needs). Kemudian pada tingkatan lebih tinggi dicantumkan kebutuhan akan rasa aman dan kepastian (safety and security needs). Lalu pada tingkatan berikutnya adalah berbagai kebutuhan akan cinta dan hubungan antar manusia (love and belonging needs). Kemudian kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan (esteem needs). Dan pada tingkatan yang paling tinggi dicantumkan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri (self actualization needs).

Hiraki Kebutuhan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgR-okcfA6nZRnc42i1BqCRBPx6U3IzO92oSrlM9y5ZhqHZoN85sxHdeRjomAx7Lsyr_8h6Lj8Gd1IVn9omdtkM3ksP8Whyphenhyphenkij0Dupca-621FuzZpa7U3lDoAm0io75YTVEZVGIrVug1ds/s200/Maslow2.bmpMenurut Maslow
Kebutuha fisik dalam gambar susunan di samping diletakkan paling bawah adalah bukan maksud. Pada saat ini kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yan paling kuat dan mendasar diantara yang lain. Dalam hal ini seseorang sangat membutuhkan oksigen untuk bernapas, air untuk diminum, makanan, papan, sandang, buang hajat kecil maupun besar, seks, dan fasilitas-fasilitas yang dapat berguna untuk kelangsungan hidupnya, merupakan contoh kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan Akan Rasa Aman dan Tenteram (Safety Needs).
Sebenarnya tidak bisa dipungkiri, pada awalnya mayoritas dari aktivitas kehidupan manusia ini adalah untuk memenuhi kebutuhan fisik ini. Segera setelah kebutuhan dasar terpenuhi, orang mulai ‘cari-cari’. Kebutuhan level kedua, yakni kebutuhan akan rasa aman dan kepastian (safety and security needs) muncul dan memainkan peranan dalam bentuk mencari tempat perlindungan, membangun privacy individual (kebebasab individu), mengusahakan keterjaminan finansial melalui asuransi atau dana pensiun, dan sebagainya.
Kebutuhan Untuk Dicintai dan Disayangi (Belongingness Needs).
Ketika kebutuhan fisik akan makan, papan, sandang berikut kebutuhan keamanan telah terpenuhi, maka seseorang beralih ke kebutuhan berikutnya yakni kebutuhan untuk dicintai dan disayangi (love and belonging needs). Dalam hal ini seseorang mencari dan menginginkan sebuah persahabatan, menjadi bagian dari sebuah kelompok, dan yang lebih bersifat pribadi seperti mencari kekasih atau memiliki anak, itu adalah pengaruh dari munculnya kebutuhan ini setelah kebutuhan dasar dan rasa aman terpenuhi.
Kebutuhan Harga Diri Secara Penuh ( Esteem Needs).
Level keempat dalam hirarki adalah kebutuhan akan penghargaan atau pengakuan (esteem needs). Maslow membagi level ini lebih lanjut menjadi dua tipe, yakni tipe bawah dan tipe atas. Tipe bawah meliputi kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, perhatian, reputasi, kebanggaan diri, dan kemashyuran. Tipe atas terdiri atas penghargaan oleh diri sendiri, kebebasan, kecakapan, keterampilan, dan kemampuan khusus (spesialisasi). Apa yang membedakan kedua tipe adalah sumber dari rasa harga diri yang diperoleh. Pada self esteem tipe bawah, rasa harga diri dan pengakuan diberikan oleh orang lain. Akibatnya rasa harga diri hanya muncul selama orang lain mengatakan demikian, dan hilang saat orang mengabaikannya.
Situasi tersebut tidak akan terjadi pada self esteem tipe atas. Pada tingkat ini perasaan berharga diperoleh secara mandiri dan tidak tergantung kepada penilaian orang lain. Dengan lain kata, sekali anda bisa menghargai diri anda sendiri sebagai apa adanya, anda akan tetap berdiri tegak, madheg pandhito, bahkan ketika orang lain mencampakkan anda!
Kebutuhan Aktualisasi Diri ( Self Actualization Needs)
Ketika kebutuhan akan penghargaan ini telah terpenuhi, maka kebutuhan lainya yang sekarang menduduki tingkat teratas adalah aktualisasi diri. Inilah puncak sekaligus fokus perhatian Maslow dalam mengamati hirarki kebutuhan. Terdapat beberapa istilah untuk menggambarkan level ini, antara lain growth motivation, being needs, dan self actualization.
Maslow melakukan sebuah studi kualitatif dengan metode analisis biografi guna mendapat gambaran jelas mengenai aktualisasi diri. Dia menganalisis riwayat hidup, karya, dan tulisan sejumlah orang yang dipandangnya telah memenuhi kriteria sebagai pribadi yang beraktualisasi diri. Termasuk dalam daftar ini adalah Albert Einstein, Abraham Lincoln, William James, dam Eleanor Roosevelt.
Berdasar hasil analisis tersebut, Maslow menyusun sejumlah kualifikasi yang mengindikasikan karakteristik pribadi-pribadi yang telah beraktualisasi:

1. Memusatkan diri pada realitas (reality-centered), yakni melihat sesuatu apa adanya dan mampu melihat persoalan secara jernih, bebas dari bias.

2. Memusatkan diri pada masalah (problem-centered), yakni melihat persoalan hidup sebagai sesuatu yang perlu dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.

3. Spontanitas, menjalani kehidupan secara alami, mampu menjadi diri sendiri serta tidak berpura-pura.
4. Otonomi pribadi, memiliki rasa puas diri yang tinggi, cenderung menyukai kesendirian dan menikmati hubungan persahabatan dengan sedikit orang namun bersifat mendalam.
5. Penerimaan terhadap diri dan orang lain. Mereka memberi penilaian tinggi pada individualitas dan keunikan diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain orang-orang yang telah beraktualisasi diri lebih suka menerima kamu apa adanya ketimbang berusaha mengubah diri kamu.
6. Rasa humor yang ‘tidak agresif’ (unhostile). Mereka lebih suka membuat lelucon yang menertawakan diri sendiri atau kondisi manusia secara umum (ironi), ketimbang menjadikan orang lain sebagai bahan lawakan dan ejekan.
7. Kerendahatian dan menghargai orang lain (humility and respect)
8. Apresiasi yang segar (freshness of appreciation), yakni melihat sesuatu dengan sudut pandang yang orisinil, berbeda dari kebanyakan orang. Kualitas inilah yang membuat orang-orang yang telah beraktualisasi merupakan pribadi-pribadi yang kreatif dan mampu menciptakan sesuatu yang baru.
9. Memiliki pengalaman spiritual yang disebut Peak experience. Peak experience atau sering disebut juga pengalaman mistik adalah suatu kondisi saat seseorang (secara mental) merasa keluar dari dirinya sendiri, terbebas dari kungkungan tubuh kasarnya. Pengalaman ini membuat kita merasa sangat kecil atau sangat besar, dan seolah-olah menyatu dengan semesta atau keabadian (the infinite and the eternal). Ini bukanlah persoalan klenik atau takhayul, tetapi benar-benar ada dan menjadi kajian khusus dalam Psikologi Transpersonal, suatu (baru klaim) aliran keempat dalam ilmu psikologi setelah psikoanalisis, behaviorisme, dan humanisme, yang banyak mempelajari filosofi timur dan aspek-aspek kesadaran di luar kesadaran normal (Altered States of Consciousness, ASC). Peak experience bisa jadi merupakan argumen ilmiah yang valid untuk menjelaskan fenomena para rasul yang menerima wahyu dari Allah, atau pengalaman sufistik yang merasa telah memiliki sifat-sifat ketuhanan. Di sini maksudnya bukan sama persis seperti Tuhan, akan tetapi adalah menerapkan sifat-sifat Tuhan seperti Maha Adil, Maha Tahu, dan lain sebagainya sesuai tataran tingkatan manusia. Karena manusia itu tidaklah bisa menyamai sifat dan kemampuan Tuhan secara persis. (ini hanya sekedar pendapat penulis).
Berdasarkan berbagai kualifikasi yang ‘amat sulit’ tersebut, maka tidaklah heran kalau masih sedikit orang di dunia ini yang mencapai level aktualisasi diri tersebut. Bahkan Maslow mengatakan bahwa jumlah orang-orang yang telah beraktualisasi diri tidaklah lebih dari dua persen saja dari seluruh populasi dunia! Bagaimana dengan Anda? Sudah belum? Tidak usah terlalu dipikirkan. Bagi yang telah bisa mencapai taraf aktualisasi diri memang bagus, tetapi untuk sekadar bisa merasa bahagia dan menikmati hidup, kita hanya perlu menjadi diri sendiri apa adanya dan bermanfaat bagi orang lain. Insyaallah.
Biografi Singkat Abraham Maslow
Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tahun 1908 dan wafat pada tahun 1970 dalam usia 62 tahun. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi dan merupakan anak tertua dari tujuh bersaudara. Selepas SMU Dia mengambil studi hukum di City College of New York (CCNY), sebelum minatnya kemudian beralih pada bidang psikologi, yang dipelajarinya hingga meraih gelar PhD pada tahun 1934 di University of Wisconsin. Setahun kemudian Dia kembali ke New York dan bekerjasama dengan E.L. Thorndike untuk melakukan riset tentang seksualitas manusia (human sexuality) dan menjadi pengajar penuh di Brooklyn College.
Maslow banyak berhubungan dengan intelektual-intelektual Eropa yang baru bermigrasi ke Amerika Serikat seperti Alfred Adler, Erich Fromm, dan Karen Horney. Pada tahun 1951 Maslow berjumpa dengan Kurt Goldstein, seseorang yang mengenalkannya kepada ide tentang aktualisasi diri - yang menjadi bibit dari teorinya tentang hirarki kebutuhan. Pada periode ini pula dia, bersama beberapa psikolog lain seperti Carl Roger “memproklamirkan” aliran ketiga (third force) dari psikologi yang dikenal sebagai humanisme.
Tidak cukup “bermain-main” dengan humanisme, menjelang akhir hayatnya Maslow mengenalkan lagi satu aliran yang dikenal sebagai mazhab keempat, yakni Psikologi Transpersonal, yang berbasis pada filosofi dunia timur dan mempelajari hal-hal semacam meditasi, fenomena parapsikologi, dan kesadaran level tinggi (Altered States of Consciousness, ASC). Maslow meninggal pada 8 Juni 1970 di California karena serangan jantung, setelah kesehatannya memburuk pada tahun-tahun terakhir hidupnya.
Sumber Bacaan:
http://www.ship.edu/%7Ecgboeree/maslow.html
http://www.e-psikologi.com
http://www.blackicedefenblack.blogspot.com

1. Need For achievment.
Ada beberapa orang yang memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil. Mereka lebih mengejar prestasi pribadi daripada imbalan terhadap keberhasilan. Mereka bergairah untuk melakukan sesuatu lebih baik dan lebih efisien jika dibandingkan dengan hasil sebelumnya.
Ciri-ciri :
Ø Berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara baru dan kreatif.
Ø Mencari feedback tentang perbuatannya.
Ø Memilih resiko yang sedang di dalam perbuatannya.
Ø Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatannya.

2. Need for affiliation.
Kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam kehidupannya atau hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan ini akan mengarahkan tingkah laku individu untuk melekukan hubungan yang akrab dengan orang lain. Orang-orang dengan need affiliation yang tinggi ialah orang yang berusaha mendapatkan persahabatan.
Ciri-ciri :
Ø Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaannya daripada segi tugas-tugas yang ada dalam pekerjaan tersebut.
Ø Melakukan pekerjaannya lebih efektif apbila bekerjasama dengan orang lain dalam suasana yang lebih kooperatif.
Ø Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain.
Ø Lebih suka dengan orang lain daripada sendirian.
Ø Selalu berusaha menghindari konflik.

3. Need for power.
Adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, intuk mempengaruhi orang lain dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain.
Ciri-ciri :
Ø Menyukai pekerjaan dimana mereka menjadi pimpinan.
Ø Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari sebuah organisasi dimanapun dia berada.
Ø Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat mencerminkan prestise.
Ø Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organiasi.

MOTIVASI DAN KOMUNIKASI

Pekerjaan seorang manajer di tempat kerjanya adalah melakukan penyeliaan terhadap para karyawannya dengan intensif. Tujuannya, agar karyawan bekerja dan berkinerja sesuai standar yang sudah ditentukan perusahaan. Untuk itu manajer harus mampu memotivasi mereka. Namun itu mudah diucapkan, sulit diterapkan. Motivasi sebagai teori merupakan hal yang tidak sederhana untuk diparaktekan karena ia menyangkut beragam disiplin ilmu. Kegagalan dalam memotivasi bisa jadi karena lemahnya dalam berkomunikasi dengan karyawan yang antara lain dicerminkan oleh sikap manajer.

Sikap manajer dalam berkomunikasi, termasuk sikap terhadap diri sendiri dan sikap terhadap lawan bicara, sikap terhadap konten (materi pesan) dan penguasaan terhadap konten yang akan disampaikan, serta level pengetahuan karyawan sebagai penerima pesan terhadap materi tersebut. Manajer harus memiliki pengetahuan yang lebih baik dari karyawan atau memahami apa yang telah diketahui oleh karyawan agar dapat menentukan cara efektif penyampaian pesan dan sekaligus menentukan konten yang masih perlu disampaikan.

Pertimbangan terhadap semua ini akan dapat membantu manajer menyampaikan pesan yang dapat dimengerti dan dipahami oleh karyawan. Jika tidak, kegiatan komunikasi lebih mungkin menjadi gagal. Banyak kegiatan komunikasi menjadi tidak menyenangkan hanya karena pihak-pihak yang berkomunikasi, dalam hal ini karyawan, tidak mengerti apa yang dimaksud oleh manajer. Akibatnya pihak karyawan sebagai penerima pesan tidak atau kurang punya motivasi.

Teori X dan Teori Y

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Teori X dan Teori Y ialah teori motivasi manusia yang dicipta dan dibangunkan oleh Douglas McGregor pada 1960-an. Teori ini mengemukakan strategi kepemimpinan efektif dengan menggunakan konsep pengurusan berpenyertaan. Konsep ini terkenal dengan menggunakan anggapan-anggapan sifat dasar manusia. Pemimpin yang menyukai teori X cenderung menyukai gaya kepemimpinan melalui kuasa dan sebaliknya, seorang pemimpin yang menyukai teori Y lebih menyukai gaya kepemimpinan demokratik. Sebagai contoh, karyawan yang memiliki jenis teori X adalah karyawan dengan sifat yang tidak akan bekerja tanpa perintah, sebaliknya karyawan yang memiliki jenis teori Y akan bekerja dengan sendirinya tanpa perintah atau pengawasan dari atasannya. Jenis Y ini adalah jenis yang sudah menyedari tugas dan tanggungjawab pekerjaannya.

Teori perilaku ialah teori yang menjelaskan bahawa suatu perilaku tertentu dapat membezakan pemimpin dan bukan pemimpin pada setiap manusia. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para pengurus / pemimpin organisasi syarikat memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan iaitu teori x atau teori y.

Teori X

Teori ini menyatakan bahawa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki cita-cita yang kecil untuk mencapai tujuan syarikat namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan syarikat.

Teori Y

Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kudrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat kerana mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan syarikat. Pekerja memiliki kemampuan kreatif, imaginasi, kepandaian serta memahami tanggungjawab dan prestasi atas pencapaian tujuan bekerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar